Translate Langeuage

Jumat, 13 November 2015

Ruang Ego Sang Bintang Besar


Ruang Ego Sang Bintang Besar
"Siapa pemain terbaik di dunia? Aku!" kata Ronaldo. Ia lalu tertawa dan buru-buru menambahkan, "...sampai bulan Januari." Jika Anda adalah orang yang pasif dan lebih peduli pada kepentingan umum ketimbang pribadi, film ini mungkin tidak tepat buat Anda.

Kita semua tahu Ronaldo yang ini --bukan Ronaldo yang satunya, legenda hidup asal Brasil yang dulu berkepala plontos itu. Ronaldo yang ini, Cristiano Ronaldo, adalah salah satu pesepakbola terbaik zaman sekarang. Ronaldo yang ini bertubuh tinggi-kekar, rambutnya licin dan rapi. Tak peduli berapa kali pun ia sudah menyundul bola dalam satu laga, rambutnya, ya, tetap seperti itu. Kendati sama-sama pencetak gol ulung dan pemain hebat, Ronaldo yang ini juga lebih tampan dibanding Ronaldo yang satunya.

Dengan segala atribut yang menempel di tubuhnya, plus gelimang trofi dan ratusan gol yang sudah ditorehkannya, Ronaldo sering berbicara dengan nafas ke-aku-an yang penuh-mutlak. Ronaldo terang-terangan menyatakan bahwa satu-satunya yang penting baginya adalah kemenangan. Menjadi yang terbaik adalah obsesi sekaligus hasratnya.

"Dalam beberapa tahun ke depan, tidak akan ada yang ingat Anda main bagus atau main jelek kalau Anda menang. Kemenangan adalah yang paling penting buatku," ucap Ronaldo.

Beberapa boleh menilai Ronaldo adalah sosok yang ultra-kompetitif. Beberapa lainnya boleh menilai ia adalah sosok yang egois. Tapi, seperti keegoisan itu sendiri, Ronaldo tidak peduli. Selain untuk keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia tidak pernah hidup untuk menyenangkan semua orang.

"Sebagian orang membenciku, sebagian lainnya mencintaiku."

***

'Ronaldo' adalah film dokumenter yang dibuat oleh sebagian orang yang menggarap 'Senna' (2010). Asif Kapadia, sutradara 'Senna', kali ini bertindak sebagai salah satu produsernya. Jika 'Senna' --yang menggambarkan perjalanan pebalap Formula 1 legendaris, Ayrton Senna-- lebih banyak berbicara dari sudut pandang orang luar serta dibentuk lewat narasi orang-orang yang mengenal Senna, maka 'Ronaldo' berbeda.

'Ronaldo' bak sebuah ruang ego yang dibentuk oleh sang bintang besar sendiri. Seolah-olah, Ronaldo sendirilah yang menulis naskah, menggerakkan kamera, lalu menyutradarai film ini. Berbeda dengan 'Senna', 'Ronaldo' dibuat dari sudut pandang internal. Segala sesuatunya dituturkan dari mulut Ronaldo sendiri, makin menambah tegas nafas ke-aku-an dari pria kelahiran Madeira tersebut.

Di satu sisi, ego dan arogansi bukanlah hal yang buruk. Entah disembunyikan atau tidak, tiap-tiap jenius yang pernah lahir punya kecenderungan untuk mewujudkan sesuatu sebagaimana maunya mereka. Muhammad Ali, Kurt Cobain, Johan Cruyff,... dan sebut banyak lagi yang lainnya, mereka punya. Lionel Messi? Dalam buku biografi 'Pep Guardiola: Another Way of Winning' yang ditulis Guillem Balague, dikisahkan bahwa Messi pernah kecewa lantaran diistirahatkan. Setelahnya, Messi tidak pernah absen main lagi.



Bagusnya, Ronaldo tidak pernah menyembunyikan ego dan arogansinya. Dari apa yang ditunjukkan dalam 'Ronaldo', ia adalah sebagaimana dirinya digambarkan dan dicitrakan di tiap media: Kerap mendongak dan punya kepercayaan diri amat tebal.

"Jujur saja, jika tim kami punya dua atau tiga Cristiano Ronaldo lagi, aku pasti merasa lebih nyaman. Sayangnya, tidak ada (Ronaldo) yang lainnya," kata Ronaldo ketika berbicara soal tim nasionalnya, Portugal.

Beberapa film dokumenter yang dituturkan dari sudut pandang internal kerap memberikan jawaban terhadap bagaimana diri mereka kerap dicitrakan di media. Oleh karenanya, film-film tersebut bak menjadi ruang si "aktor" untuk memberikan berbagai bantahan dan klarifikasi. Jika film-film tersebut seakan-akan berkata, "Bukan, bukan begitu cerita aslinya", maka 'Ronaldo' berseru lantang, "Ya, betul. Memang begitulah aku... Inilah aku!"

***

Dari sudut pandang pribadi itu jugalah 'Ronaldo' bercerita mengenai orang-orang di sekitar Ronaldo. Sebagian porsi film menceritakan bagaimana hubungan Ronaldo dengan putra semata wayangnya, Cristiano Ronaldo Jr., yang sampai saat ini (dan menurut Ronaldo sendiri, sampai kapan pun) Ronaldo enggan membeberkan identitas ibu biologisnya.

Ronaldo menyebut Cristiano Jr. sebagai "suksesornya". Ia mengantarkan sendiri sang putra ke sekolah dan mengajarkannya berbagai macam hal --mulai dari menyundul bola, push-up, hingga menghitung dengan benar koleksi mobil mewah di garasi mereka. Tiap malam, Ronaldo sendiri yang mengantarkan Cristiano Jr. ke tempat tidur dan menyelimutinya.

Cristiano Jr. adalah bagian dari hidup Ronaldo yang disebutnya amat eksklusif. Pada suatu adegan, Ronaldo berkumpul di meja makan dengan ditemani agennya, Jorge Mendes, serta ibu dan kakak kandungnya, Maria Dolores dan Hugo Aveiro. Ronaldo menyebut, merekalah orang-orang terdekat yang amat dipercayainya.

Selain banyak bercerita soal ibu dan kakaknya, Ronaldo juga memberikan tempat khusus untuk Mendes. Mengenal sang agen super sejak usia 16 tahun, Ronaldo sudah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga intinya sendiri. Mendes pun setali tiga uang dengan Ronaldo: Ambisius, percaya diri, dan selalu berusaha mewujudkan apa yang ia mau.

Mendes bisa dengan berapi-api menjelaskan apa maunya di tengah santap makan mewah, lalu meminta waktu sejenak untuk berdiri dan menghampiri sosok tenar lainnya: Rio Ferdinand. Jika Ronaldo masuk dalam daftar elite dalam dunia pesepakbola, maka Mendes adalah sosok elite di dunia agen sepakbola.

Ronaldo pun dengan tepat menggambarkan sosok yang tidak pernah lepas dari telepon genggamnya itu: "Dia adalah Cristiano Ronaldo-nya agen sepakbola."



Bagaimana dengan Messi? Porsi Messi dalam film ini memang tidak sebanyak keluarga dan agennya. Namun, film ini justru dibuka dengan pandangan pribadi Ronaldo terhadap rival beratnya tersebut.

Ada adegan menarik yang melibatkan Messi di film ini. Pada gala dinner menjelang penobatan Ballon d'Or,Ronaldo duduk di sebuah sofa besar dengan ditemani sang ibu dan Cristiano Jr. Di seberang ruangan, ada Messi bersama dengan pasangannya, Antonella Roccuzzo. Melihat Messi, Ronaldo pun mencolek sang putra dan berkata, "Coba lihat, siapa itu?"

Cristiano Jr., yang konon juga menggemari Messi, pun pelan-pelan menghampiri bintang Barcelona itu. Messi, sembari mengusap kepala Cristiano Jr., pun menyapa lebih dulu, "Apa kabar? Kau sehat?" yang lantas dibalas sang bocah dengan diam dan gestur malu-malu.

Mungkin, bagaimana hubungan Ronaldo dan Messi inilah yang satu-satunya digambarkan tidak seperti cerita di luar. Ronaldo mengaku bahwa dirinya kini lebih cair dengan Messi dalam hal personal. Kalau urusan rivalitas, biarlah kedua jenius itu yang menjalaninya sendiri. Kita-kita yang orang biasa ini mungkin tidak akan pernah paham.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar